Thursday, January 7, 2010

Berharap Minyak Atas Permasalahan Irak

Berharap Minyak Atas Permasalahan Irak Cetak Email
MENTERI Perminyakan Irak pekan ini menyediakan tujuh ladang minyak negara itu bagi kebutuhan minyak global yang besar, yang akan membuat kapasitas produksinya dalam enam atau tujuh tahun mendatang mencapai 12 juta barel per hari.

Itu akan membuat Irak mendekati posisi kedua setelah produsen minyak terkemuka dunia Arab Saudi, dan menyediakan miliaran dolar untuk membangun kembali negaranya setelah terpuruk selama berpuluh tahun dalam kemunduran ekonomi dan akibat perang.

Namun demikian, walau Irak akan melakukan peningkatan sangat signifikan di dalam kegiatan perminyakannya, tetap saja timbul pertanyaan tentang apakah rencana seperti itu akan menjadi kenyataan, dan kalau memang demikian, perubahan politik dan sosial bagaimana yang akan terjadi di negara itu yang masih berjuang mengakhiri konfliknya selama bertahun-tahun.

Enam tahun sejak pasukan AS menggulingkan nasionalis minyak Saddam Hussein, Kementerian Perminyakan baru menunjuk satu perusahaan asing yang sudah mulai bekerja di sebuah ladang minyak besar.

Perusahaan perminyakan negara China, CNPC, sudah bekerja keras di ladang minyak Ahdab di propinsi Wasit di tenggara negara itu sejak awal tahun ini. Yang lain-lainnya akan segera menyusul. Namun rencana seperti itu bisa menuntun kepada korban berbagai isu keamanan, rintangan birokrasi dan pertikaian politik.

Perundingan dengan Nippon Oil Corp Jepang untuk mengembangkan ladang minyak Nassiriya telah terkendala selama berbulan-bulan. Juga ada perundingan dengan sebuah grup yang dipimpin Royal Dutch Shell tentang Kirkuk, namun kesepakatan masih dibayangi oleh perseteruan antara pemerintah pimpinan Arab dan minoritas Kurdi atas hak kawasan yang kaya minyak itu.

Sejumlah anggota parlemen Irak yang selalu terlibat percekcokan menegaskan bahwa kontrak dengan perusahaan asing tersebut ilegal karena dibuat berdasarkan undang-undang lama dan Menteri Perminyakan harus menunggu disahkannya perundang-undangan tentang minyak yang baru, yang sejak lama terkendala akibat pertikaian Kurdi-Arab.

Sejumlah orang dalam lainnya menyatakan keheranan mereka tentang apa yang akan terjadi bila pemerintah baru berkuasa di Irak, di mana nasionalisme sumberdaya memberikan keuntungan, dan kecurigaan terhadap asing akan semakin dalam setelah pemilu Maret 2010.

Rintangan


Dan kemudian akan ada berbagai rintangan untuk mencapai target karena prasarana yang menyedihkan di Irak. Perusahaan asing harus mengatasi kemacetan di dalam mensuplai air, membangun jaringan pipa dan memindahkan ranjau-ranjau darat.

Bagi kementerian perminyakan, yang minim pengalaman minyak modern selama bertahun-tahun, bahkan manajemen proyek untuk ukuran sebesar itu, jelas akan menjadi prestasi besar.

Tindak kekerasan sudah menurun tajam sejak diakhirinya kasus-kasus pembunuhan yang mencapai puncaknya tahun 2003. Namun rentetan serangan berdarah terhadap gedung-gedung pemerintah dalam beberapa bulan terakhir telah menewaskan ratusan orang, hingga mengejutkan mereka yang menyatakan bahwa Irak sudah meninggalkan pertumpahan darah terburuk jauh di belakang.

Kalau persetujuan perminyakan baru bisa menghasilkan $200 miliar per tahun di dalam pendapatan tambahan yang menurut Menteri Perminyakan Hussain al-Shahristani bisa mereka capai, pemerintah Irak bisa menggunakan uangnya untuk kembali membangun, menciptakan lapangan pekerjaan, dan mungkin membujuk sejumlah pejuang agar menghentikan pemberontakan mereka.

PM Nuri al-Maliki berjanji akan menggunakan dana dari hasil ladang minyak negara tersebut untuk semuanya itu. “Kami benar-benar membutuhkan uang itu untuk mengurangi penderitaan rakyat Irak... Minyak anda tidak akan digunakan lagi untuk hal-hal mencelakakan dan perang,” katanya.

Menumpas korupsi juga akan menjadi tantangan besar. Sementara Kementerian Perminyakan memiliki reputasi yang relatif bagus di kalangan departemen pemerintah Irak, negara itu termasuk di antara yang paling korup di dunia, kata Transparency International.

Penampilan yang kuat di dalam lelang minyak pekan ini agaknya bisa berdampak positif bagi Maliki, yang ambisinya untuk memenangkan masa jabatan kedua dalam pemilu 7 Maret mendatang agak terganggu oleh kekerasan yang terjadi belakangan ini.

Maliki yang tampil dari keadaan yang relatif tidak dikenal tahun 2006 menjadi pendukung kuat bagi negara Irak yang kuat dan terpadu, telah menjadikan isu keamanan sebagai tema utama kampanyenya menjelang pemungutan suara. Namun Maliki menghadapi persaingan kuat dari rekan-rekannya dari Syiah, Sunni dan Kurdi.

Di dalam kabinet Maliki yang penuh persaingan, Menteri Perminyakan Shahristani adalah salah satu sekutu terdekatnya. Maliki bisa saja menggunakan kedekatan itu dengan menghubungkan dirinya dengan janji bagi keberhasilan ekonomi, yang bisa bisa sekalian memperbaiki kebanggaan nasional Irak yang sudah sangat terpuruk. Namun demikian, masih harus dilihat seberapa banyak rakyat Irak yang akan mendukung Maliki. (Rtr/sy.a)