JAKARTA: Pemerintah meminta badan usaha milik negara untuk meningkatkan kinerja agar laba meningkat, sehingga bagian pemerintah atas keuntungan (dividen) itu juga dapat bertambah.
Meneg BUMN Mustafa Abubakar mengatakan peningkatan laba BUMN seharusnya terjadi sejalan dengan membaiknya perekonomian dalam negeri.
Dalam kesempatan itu, dia menargetkan dividen PT Pertamina pada 2010 sebesar Rp20 triliun atau naik Rp2,2 triliun dibandingkan dengan posisi tahun ini sebesar Rp17,8 triliun.
"Saya genjot itu [dividen], seperti halnya Pertamina harus mencapai Rp20-an triliun. Saya mau coba begitu. Biar mereka [Pertamina] melakukan gerakan efisiensi, peningkatan produktivitas, cost cutting, termasuk peningkatan kualitas," ujarnya di Istana Negara kemarin.
kamis 09 januari 2010
Menurut Mustafa, laba Pertamina pada tahun ini semestinya bisa bertambah sejalan dengan tren peningkatan harga minyak mentah dunia dan membaiknya perekonomian domestik.
Selain Pertamina, Kementerian BUMN juga menargetkan semua perusahaan plat merah dapat meningkatkan laba secara signifikan pada tahun ini dibandingkan dengan 2009 Dia yakin upaya ini dapat dilakukan melalui sejumlah terobosan dengan membuat program ambisius.
"Pasti semua BUMN saya beri target yang agak tajam untuk meningkatkannya [perolehan laba]. Apakah [BUMN di bidang] transportasi, perbankan. Semua saya berikan target jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, sesuai dengan pesan Presiden untuk Kabinet Indonesia Bersatu II," ujar Mustafa.
Dalam APBN 2010, bagian pemerintah atas laba BUMN direncanakan Rp24 triliun yang berasal dari tiga kelompok. Pertama, dividen dari perusahaan persero atau perseroan terbatas yang besarnya ditetapkan dalam rapat umum pemegang saham. Kedua, dana pembangunan semesta dari perusahaan umum, ketiga, bagian laba pemerintah dari Pertamina.
Jumlah ini lebih kecil dibandingkan dengan perolehan 2008 dan 2009. (lihat ilustrasi) Pada tahun lalu, dividen BUMN a.l. berasal dari penyesuaian pay-out ratio Pertamina dari 50% menjadi 60%. Dividen yang disetor Pertamina pada tahun lalu itu dipatok Rp14,52 triliun.
Faktor lain yang mendukung dividen 2009 adalah kenaikan total laba bersih BUMN (133 BUMN audited) pada tahun buku 2008. BUMN yang membukukan laba bersih terbesar pada 2008 antara lain PT Pertamina Rp30,195 triliun, PT Telkom Rp10,62 triliun, PT Bank Rakyat Indonesia Rp5,96 triliun, PT Bank Mandiri Rp5,31 triliun, dan PT Semen Gresik Rp2,52 triliun.
Alokasi silpa
Pada bagian lain, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan Anggito Abimanyu mengungkapkan rencana pemerintah menggunakan separuh dari Rp20 triliun dana sisa lebih penggunaan anggaran (silpa) yang siap dipakai tahun ini untuk program stabilitas harga. Adapun sisanya, dialokasikan untuk program prioritas baru.
Menurut dia, fokus pemerintah pada tahun ini dalam jangka pendek adalah mengoptimalkan ruang fiskal yang tersedia sebesar 2% PDB atau sekitar Rp20 triliun melalui APBN-P 2010.
Fokus penggunaan dana itu akan diarahkan untuk mendukung kebijakan program stabilitas harga atau menambah subsidi serta membiayai belanja prioritas pemerintah yang belum tertampung dalam APBN 2010.
"Kita sudah menggariskan [tambahan belanja] Rp20 triliun itu separuh untuk stabilitas harga, separuh untuk program prioritas SBY-Boediono yang belum tertampung dalam APBN. Ini sedang kami desain," jelasnya.
Penambahan anggaran untuk kebijakan stabilitas harga akan diarahkan guna meningkatkan anggaran subsidi listrik, pupuk, beras, dan minyak goreng. Akan tetapi, alokasi detil per jenis subsidinya belum bisa dipastikan karena masih perlu pembahasan lebih lanjut.
Pada bagian lain, Anggito menyoroti pergerakan harga minyak mentah dunia yang mulai bergerak naik yang untuk jangka pendek. Akan tetapi, kenaikan itu belum berpengaruh signifikan terhadap belanja dan penerimaan negara.
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto menilai pergerakan harga minyak saat ini memang lebih didorong oleh aksi spekulasi. Pemicunya karena ada informasi permintaan minyak dunia diperkirakan naik sekitar 500.000 barel per hari yang diiringi dengan pelemahan dolar AS.
"Karena didorong spekulasi, harga minyak bisa naik dan turun secara cepat," ujarnya.
Secara fundamental, tambah Pri Agung, seharusnya keseimbangan harga minyak pada 2010 diperkirakan berada dalam kisaran US$75 per barel-US$80 per barel. "Artinya, asumsi harga minyak 2010 sebenarnya cukup rasional."
Dalam kesempatan terpisah, Lukita Dinarsyah Tuwo, Wakil Menteri Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), mengungkapkan anggaran melalui Departemen Pendidikan Nasional pada tahun ini tidak perlu ditambah.
Alasannya, secara otomatis anggaran departemen itu akan bertambah sejalan dengan rencana pemanfaatan silpa 2009 untuk menambah belanja APBN 2010 dan mandat pengalokasian 20% belanja untuk kementerian tersebut.
Dia menegaskan pada dasarnya setiap kementerian dan lembaga (K/L) diperbolehkan mengusulkan tambahan belanja.
Itu dimungkinkan seiring dengan rencana pemerintah memanfaatkan dana Rp20 triliun dari silpa 2009 untuk menambah belanja APBN 2010.
"Tergantung pada masing-masing K/L, tetapi tentu kita mengacu pada prioritas presiden, terutama infrastruktur. Lalu, otomatis kalau belanja naik, 20% anggaran pendidikan juga akan naik," kata Lukita. (Aprilian Hermawan)