Wednesday, January 20, 2010
Mencari Andalan Pengganti Minyak Bumi
Mencari Andalan Pengganti Minyak Bumi
Koran SI
Minggu, 3 Januari 2010 - 14:11 wib
PEMANFAATAN batu bara dan gas alam sebagai sumber energi alternatif pengganti minyak bumi telah menjadi tren global.
Menurut data International Energy Agency, pada 2005 total konsumsi batu bara mencapai 2.778,2 juta ton BOE atau setara 27,2 persen total konsumsi energi dunia, sedangkan gas bumi setara 2.420,4 juta ton atau 23,7 persen konsumsi energi dunia. Di Indonesia upaya mengurangi ketergantungan atas minyak bumi melalui pemanfaatan batu bara dan gas alam mulai ditingkatkan.
Hal itu sejalan dengan program National Mixed Energy 2025 yang menargetkan peningkatan kapasitas batu bara dan gas alam sebagai pengganti minyak bumi. Batu bara diprediksi menyuplai 33 persen dari kebutuhan energi nasional dan gas bumi sebesar 30 persen kebutuhan nasional, sedangkan minyak bumi 21 persen.
Dicanangkan sejak 2005, upaya itu mulai membuahkan hasil dengan peningkatan suplai serta konsumsi batu bara dan gas alam yang jauh meninggalkan minyak bumi. Suplai energi batu bara dan gas alam meningkat pesat dari tahun ke tahun. Suplai batu bara pada 2007 sebesar 258,1 juta BOE dan naik menjadi 322,9 juta BOE pada 2008.
Sementara suplai gas alam pada 2008 sebesar 193,3 juta BOE, naik dari 2007 sebanyak 183,6 juta BOE. Sebaliknya, suplai energi minyak bumi turun menjadi 455,6 juta BOE dari tahun sebelumnya 476 juta BOE. Di tingkat konsumsi, permintaan sumber energi batu bara dan gas bumi juga meningkat pesat.
Pada 2006 konsumsi batu bara masih 89 juta BOE. Namun, pada 2007 konsumsi batu bara naik menjadi 121,9 juta BOE dan kembali meningkat 169,1 juta BOE pada 2008. Sementara kecenderungan konsumsi gas bumi naik dari 80,1 juta BOE pada 2007 menjadi 91,4 juta BOE pada 2008.
Pemanfaatan batu bara sebagai sumber energi alternatif diyakini menguntung kan karena harganya lebih murah sehingga cocok dikembangkan di negara berkembang. Di China dan India misalnya batu bara berperan dominan dalam menggerakkan industri.
Di China energi batu bara memasok sekira 69 persen dari total kebutuhan energi dengan total produksi pada 2005 mencapai 989 juta BOE atau setara 36,2 persen total produksi batu bara dunia. Potensi batu bara Indonesia sangat menjanjikan dengan cadangan energi terbukti mencapai 9 miliar ton dan diprediksi sanggup memenuhi kebutuhan energi hingga 150 tahun ke depan.
Adapun potensi cadangan batu bara tersebut tersebar antara lain di Pulau Kalimantan dan Sumatera. Dengan potensi yang begitu besar, batu bara seharusnya bisa segera menjadi andalan pengganti minyak bumi terutama di sektor pembangkit listrik dan bahan bakar industri.
Dengan begitu, kebijakan pemerintah soal energi batu bara sudah pada jalur yang benar. Komitmen pemerintah terlihat dari keluarnya Perpres No 91/2007 yang pada intinya berisi instruksi presiden kepada PT PLN untuk mempercepat proyek pembangunan pembangkit listrik 10.000 mega watt dengan energi batu bara. Proyek pembangunan pembangkit listrik di berbagai wilayah itu seluruhnya menggunakan bahan bakar batu bara dan ditargetkan rampung pada 2010.
Potensi Gas Alam
Di sektor gas alam, Indonesia masih tercatat sebagai salah satu negara penghasil gas alam yang diakui dunia. Menurut data Departemen ESDM, pada 2008 total cadangan gas alam Indonesia tercatat mencapai 170,07 TCF (triliun kaki kubik). Dari jumlah tersebut, sebanyak 112,47 TCF merupakan gas alam terbuktikan, sementara 67,60 TCF sisanya belum terbuktikan alias potensial.
Jika volume produksi gas alam Indonesia konstan di angka 2,77 TCF per tahun, stok gas alam diprediksikan baru akan habis 68 tahun mendatang. Dengan begitu, tantangan terbesar pemerintah dalam pengembangan gas alam ke depan ialah bagaimana meningkatkan eksplorasi di sumur-sumur potensial dan menemukan sumur-sumur alternatif.
Saat ini sumur-sumur eksplorasi gas alam seperti di blok Arun (NAD) atau Bontang (Kalimantan Timur) sudah mulai uzur karena sudah beroperasi lebih dari setengah abad. Pemerintah pun harus mengoptimalkan proyek eksplorasi gas alam lain misalnya di lapangan Tangguh (Papua) atau Natuna (Kepulauan Riau).
Hasil feasibility study Departemen ESDM membuktikan, dua lapangan itu menyimpan cadangan gas bumi yang berlimpah, lapangan Tangguh sebesar 24,21 TCF serta Natuna sebesar 52,59 TCF. Cadangan gas alam yang terkandung di blok Natuna dua kali lebih besar dari cadangan gas blok Tangguh di Papua serta hampir sepertiga dari total cadangan gas alam yang dimiliki Indonesia (170,07 TCF).
Sayangnya, cadangan gas sebesar itu belum mampu dioptimalkan untuk kepentingan ekonomis. Saat ini proyek eksplorasi blok Natuna atau yang dikenal sebagai Natuna D-Alpha masih terkatung-katung akibat gagalnya kesepakatan kontrak kerja sama antara pemerintah dengan Exxonmobil selaku pengembang sebelumnya.
September lalu pemerintah pun menyerahkan blok tersebut kepada PT Pertamina dengan split 60:40 karena proyek ini membutuhkan investasi dalam skala besar. Selain mengupayakan eksplorasi Natuna D-Alpha, pemerintah juga harus memperkuat infrastruktur di lapangan-lapangan gas yang sudah ada.
Hal ini mesti diperhatikan karena pasokan gas alam kerap terhambat jaringan pipa yang kurang optimal karena lokasi lapangan eksplorasi jauh dari jantung industri.
http://suar.okezone.com
Labels:
migas