Wednesday, January 20, 2010
Sumur Minyak Dekat Montara Bocor
Sumur Minyak Dekat Montara Bocor
Sebuah sumur minyak di Laut Timor yang jaraknya sekitar 50 km dari ladang gas Montara yang meledak pada 21 Agustus lalu, juga mengalami kebocoran namun ditutupi-tutupi oleh pemerintah federal Australia.
Demikian dikemukakan Senator Rachel Siewart dari Partai Hijau Australia dalam surat elektroniknya yang disampaikan kepada pemerhati masalah Laut Timor yang juga Ketua Yayasan Peduli Timor Barat (YPTB) Ferdi Tanoni di Kupang, Sabtu.
Senator Rachel mengkritisi pemerintah federal Australia yang kurang tanggap tentang adanya kebocoran sumur minyak yang kedua di Laut Timor selain sumur minyak Atlas Barat di ladang gas Montara yang meledak pada 21 Agustus lalu.
Dalam surat elektroniknya itu, Senator Rachel mengatakan, "Kami baru saja mulai mendengar rincian tentang kebocoran sumur minyak yang kedua milik perusahaan Sinopec Cina yang beroperasi sekitar 50 km sebelah utara-barat Montara".
"Kebocoran sumur minyak milik perusahaan Sinopec Cina itu, baru terjadi beberapa minggu yang lalu, dan Otorita Keselamatan Nasional Minyak Lepas Pantai (National Offshore Petroleum Safety Authority) telah mengetahuinya".
"Sudah lama mereka (otorita keselamatan nasional minyak lepas pantai) mengetahui masalah itu, akan tetapi kami tidak mengetahuinya secara pasti apa sesungguhnya yang telah terjadi di sana. Ada sesuatu yang ditutup-tutupi oleh pemerintah federal (Australia) dalam kasus ini," kata Senator Rachel Siewart menegaskan.
Dalam surat elektroniknya itu, ia mengkritik keras pemerintah federal Australia dengan mempertanyakan pengetahuan yang dimiliki pemerintah federal tentang penyebaran minyak ke perairan Indonesia.
"Ada laporan dari para nelayan Indonesia bahwa banyak ikan yang mati di Laut Timor dan adanya dampak buruk yang dialami saudara-saudara kita para petani rumput laut di wilayah pantai selatan Pulau Timor dan Rote Ndao. Sejauh mana pemerintah federal menanggapi hal ini," kata Senator Rachel.
Tanoni yang juga mantan agen imigrasi Kedubes Australia itu mengatakan, kritikan keras yang dilontarkan Senator Rachel Siewart terhadap pemerintah federal Australia ini disampaikan dalam sebuah protes dan kampanye besar masyarakat Australia Barat terhadap pemerintah federal di Peth, Australia, Jumat (30/10).
Para pemrotes menuntut pemerintah federal (Australia) untuk segera menghentikan semburan minyak mentah ke Laut Timor serta memberikan pertanggungjawaban pemerintah Australia dan operator ladang minyak dan gas Montara PTTEP Australasia atas pencemaran itu.
Aksi protes yang dilancarkan di depan kantor Asosiasi Industri Minyak dan Gas di Perth, Australia barat mengkritik keras tentang kegagalan pemerintah Australia dan PTTEP Australasia untuk menghentikan kebocoran minyak dan gas yang telah mengalir ke Laut Timor selama hampir 71 hari dan mencemari wilayah perairan tersebut.
Mereka juga menuntut untuk menghentikan pembangunan industri perminyakan dan gas yang direncanakan sampai diperkenalkannya suatu sistem taman laut oleh pemerintah federal Australia.
Tanoni yang juga penulis buku "Skandal Laut Timor Sebuah Barter Ekonomi Politik Canberra-Jakarta" meminta Jakarta untuk segera melakukan penelitian dan pendataan secara intensif terhadap berbagai kerugian yang telah dialami masyarakat Timor Barat, Rote Ndao dan Sabu.
Selain itu, mendata kerusakan ekosistem yang telah terjadi di Laut Timor perairan Indonesia kemudian meminta pertanggungjawaban pemerintah Australia dan PTTEP Australasia sesuai dengan ketentuan Perjanjian Indonesia-Australia pada 3 Oktober 1996 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tumpahan Minyak.
linkhttp://www.kapanlagi.com/h/sumur-minyak-dekat-montara-bocor.html
Labels:
migas