Thursday, November 18, 2010

Isu Terkini (Current Issues)

Chevron Keduk Minyak Riau 11 Miliar Barel

MINAS, PEKANBARU
PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) telah memproduksi minyak mentah sebanyak 11 miliar barel dari wilayah operasi di ladang Blok Rokan, Siak, dan Langgak, Provinsi Riau dalam kurun waktu 56 tahun.Direktur Utama CPI Suwito Anggoro mengatakan, pencapaian produksi itu merupakan bentuk dedikasi perusahaan migas asal Amerika Serikat itu kepada bangsa Indonesia. Selain itu, produksi minyak tersebut menunjukkan kemitraan yang baik antara CPI dan pemerintah Indonesia.
“Pencapaian produksi 11 miliar barel ini merupakan yang pertama bagi unit bisnis operasi Chevron di seluruh dunia,” ujar Suwito  dalam acara Peringatan Pencapaian Produksi Kumulatif Minyak Mentah 11 Miliar Barel oleh CPI di Minas, Pekanbaru, Riau, Selasa (17/2).
CPI memulai eksploitasi minyak di Sumatera pada awal 1950 menyusul penemuan lapangan Duri pada 1941 dan lapangan Minas pada 1944. Produksi pertama minyak CPI di Riau pada 1952.
Direktur Center for Petroleum and Energy Economies Studies (CPEES) Kurtubi mengungkapkan, pendapatan dari produksi minyak Chevron di Indonesia merupakan yang terbesar dibandingkan lapangan minyak Chevron di negara lain. Namun, sulit untuk menghitung secara pasti pendapatan Chevron dari produksi minyak tersebut. Pasalnya, Chevron telah melewati beberapa kali perubahan harga minyak dunia yang signifikan, sehingga pendapatan Chevron pun berfluktuasi dari tahun ke tahun.
Sebelum 1973, harga minyak dunia sempat menyentuh sekitar US$ 2 barel, tahun 1980 harga minyak dunia naik di kisaran US$ 35 per barel, tahun 1986 turun lagi menjadi US$ 10 per barel. Harga minyak dunia baru menyentuh harga tertinggi pada Mei tahun lalu sekitar US$ 146 per barel, sebelumnya akhirnya turun kembali di kisaran US$ 40 – 50 per barel.
“Pendapatan Chevron tersebut ditunjang oleh produksi minyak dalam jumlah besar dari lapangan Minas tersebut. Chevron tetap meraup untung besar dari produksi itu, dan menyumbang pendapatan negara secara signifikan,” ujarnya kepada Investor Daily, di Jakarta, semalam.
Bila rata-rata harga minyak mentah dunia dari 1952-2008 sekitar US$ 20 per barel, CPI meraup duit dari minyak mentah Riau sebanyak US$ 220 miliar. Bila kurs mata uang rupiah terhadap dolar AS pada periode tersebut berkisar Rp 1.000,  duit hasil penjualan minyak CPI mencapai Rp 220 triliun.
Komitmen
Suwito menegaskan, pihaknya berkomitmen terus memperpanjang usia produksi lapangan-lapangan minyak di Sumatera yang selama ini telah berproduksi hingga 50 tahun lebih.  Komitmen tersebut akan direalisasikan dengan terus menerapkan teknologi terbaru dan mutakhir guna meningkatkan kemampuan recovery dari potensi sumber daya minyak yang ada.
Ia juga mengatakan, lapangan CPI di Sumatera yang sebagian besar berada di Duri, Riau menyumbangkan hampir separuh dari produksi minyak mentah nasional. Lapangan produksi di Duri Riau merupakan salah satu diantara lokasi pengembangan injeksi uap (steam flood) terbesar di dunia.
Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan  Gas Bumi (BP Migas) Raden Priyono mengatakan, produksi minyak CPI pada 12 Februari 2009 mencapai 393.083 bph atau lebih tinggi dari target yang ditetapkan pemerintah, yaitu 380.330 bph. Sementara itu, pencapaian produksi minyak rata-rata CPI pada 2008 sekitar 407.466 bph
Priyono mengakui, target produksi CPI turun dibanding tahun lalu. Penurunan produksi terjadi karena sebagian besar lapangan-lapangan yang telah dioperasikan oleh CPI adalah lapangan-lapangan tua, di antaranya diklasifikasikan sebagai idle field.
“Kami dan CPI berupaya mengoptimalkan lapangan-lapangan tersebut melalui berbagai usaha yang bersifat teknis seperti, infill drilling, optimasi lapangan, perawatan fasilitas produksi maupun mencaari cadangan-cadangan migas baru,” ujarnya.
Gubernur Riau Rusli Zainal  mengatakan, teknologi injeksi uap yang digunakan oleh CPI menjadikan CPI sebagai kiblat dunia dalam pengelolaan ladang minyak. Penggunaan teknologi injeksi uap, lanjut gubernur, dapat mempertahankan penurunan produksi dari sumur-sumur tua pada level 400-an ribu bph atau 40% dari produksi nasional.